Agama, Falsafah Dan Ilmu

Dalam Tahshîl al-sa'âfidah AI-Fârâbi dengan jelas menyatakan pandangannya tentang sifat agama dan filsafat serta hubungan antara keduanya:

Ketika seseorang memperoleh pengetahuan tentang wujud atau memetik pelajaran darinya, jika dia memahami sendiri gagasan-gagasan tentang wujud itu dengan inteleknya, dan pembenarannya atas gagasan tersebut dilakukan dengan bantuan demonstrasi tertentu, maka ilmu yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan ini disebut filsafat .Tetapi jika gagasan-gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini agama. Jika pengetahuan-pegetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode persuasif digunakan, maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer, yang diterima secara umum, dan bersifat eksternal.

Pengantar Falsafah

Falsafah
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Melayu merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majmuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Socrates

Socrates (469-399 SM) seorang filosof Yunani dari Athena. Ia tersohor dengan pendapatnya tentang filsafat sebagai suatu usaha pencarian yang perlu bagi tiap intelektual. Ia merupakan contoh seorang yang menghayati prinsip-prinsipnya, walaupun akhirnya prinsip itu berakibat fatal bagi nyawanya.

Socrates adalah anak Sophronicus, seorang ahli pahat; dalam usia pertengahan ia kawin dengan Xanthippe, yang dikatakan suka mengomel dan mencaki-maki, walaupun tak ada dasar kuat untuk sangkaan tersebut. Socrates termasyur dengan kekuatan intelektualnya sebelum berusia 40 tahun. Pada waktu itu, menurut buku Plato yang berjudul Apology (meriwayatkan tentang pidato pembelaan Socrates), Dewa di Delphi (Oracle at Delphi) mengatakan bahwa Socrates adalah orang yang paling bijaksana di Yunani.

Ia menjadi yakin bahwa tugasnya adalah untuk mencari kebijaksanaan tentang perilaku yang benar yang dapat dipakai untuk mengarahkan perkembangan moral dan intelektual bagi warga Athena. Dengan melupakan urusan-urusan pribadinya, ia selalu sibuk dengan pembicaraan mengenai kebajikan, keadilan, dan ketaqwaan di tempat-tempat pertemuan penduduk Athena.

Pada tahun 399 SM Socrates diadili dengan tuduhan merusak kaum remaja dan meyiarkan ajaran agama yang salah. Peradilan serta kematian Socrates dibentangkan dalam buku-buku Plato yang berjudul Apology; Crito dan Phaedo. Buku-buku ini ditulis dengan cara yang dramatis

Aristoteles

Aristoteles (384-322 SM) adalah seorang ahli falsafah, saintis dan ahli pendidikan. Ia secara luas dianggap sebagai satu dari ahli-ahli fikir yang sangat berpengaruh dalam kebudayaan Barat. Ia dilahirkan di Stagira, di bagian utara dari Yunani. Pada umur 18 tahun ia masuk ke Akademi Plato dan menetap di situ selama hampir 20 tahun, yakni sampai Plato meninggal. Ia sering melakukan perjalanan, dan pernah selama empat tahun menjadi guru Prince Alexander yang kemudian terkenal dengan nama Raja Alexander yang Agung (“The Great”).

Sekitar tahun 334 SM, Aristotles kembali ke Athena dan mendirikan perguruannya sendiri, yang dinamakan Lyceum. Ia meringkaskan dan mengembangkan pengetahuan pada masanya, serta memperkayanya dengan penyelidikan-penyelidikannya sendiri serta pemikiran yang kritis. Aristoteles menaruh perhatian kepada ilmu kedoktoran dan ilmu haiwan serta ilmu-ilmu lainnya; ia juga mendirikan laboratorium-laboratorium dan musium-musium. Muridnya, Raja Alexander, pernah menyediakan tenaga sebanyak 1000 orang di Yunani dan Asia untuk membantu Aristotles mengumpulkan dan melaporkan perincian-perincian tentang kehidupan dan kebiasaan binatang-binantang. Ia juga mengumpulkan konstitusi-konstitusi dan dokumen-dokumen mengenai struktur kehidupan berpolitik di beberapa negara.

Tulisan-tulisannya menunjukkan perhatian dalam segala ilmu pengetahuan, termasuk sains (alam), masyarakat dan negara, sastera dan keseniaa serta kehidupan manusia. Karangannya tentang logik (organon) mengembangkan logik deduktif dan syllogistic. Etikanya (Nichomachean Ethic) merupakan karangan sistematik pertama yang pernah ditulis dalam bidang etika dan sampai sekarang masih dibaca umum.

Aliran-Aliran Epistemologi

1. Skeptisisme

· Skeptisisme adalah aliran yang secara radikal dan fundamental tidak mengakui adanya kepastian dan kebenaran pengetahuan atau sekurang-kurangnya menyangsikan secara fundamental kemampuan pikiran manusia untuk mendapat kepastian dan kebenaran.

· Skeptisisme berasal dari bahasa Yunani, skeptomai: memperhatikan dengan cermat, teliti.

· Skeptisisme adalah aliran atau sistem pemikiran yang mengajarkan sikap ragu sebagai sikap dasar yang fundamental dan universal.

· Tokoh-Tokohnya: Democritus, Protagoras, Phyrro, Montaigne, Charron, Bayle, Nietze, Spengler, Goblot.

2. Relativisme

· Relativisme adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa kebenaran itu ada, akan tetapi kebenaran itu tidak mempunyai sifat mutlak.

· Istilah relativisme diangkat dari kata relatif, berasal dari kata latin reffere: membawa, mengacu, menghubungkan . dari situ timbullah kata relatio yang artinya relasi: hubungan, ikatan. Relativisme: adanya ikatan, adanya keterbatasa, nisbi.

3. Fenomenalisme

· Phenomenalism: theory that knowledge is limited to phenomena including: (a) physical phenomena or totally of objects of actual and possible perception; and (b) mental phenomena, the totally of objects of introspection. ( Fenomenalisme: teori yang memandang pengetahuan terbatas pada gejala (fenomena) yang mencakup: (a) fenomena fisik atau seluruh object yang nyata dan dapat dipersepsi; dan (b) fenomena mental, yakni seluruh object yang dapat diintrospeksi).

· Tokohnya: Kant, Comte, Spencer).

4. Empirisisme

· Empiricism: (1) a proposition about sources of knowledge: that the sole source of knowledge is experience; or that no knowledge at all or no knowledge with existential reference is possible independently of experience. (2) A proposition about origin of ideas, concepts, or universals: that they or at least those of theme having existential reference are derived solely or primarily from experience or some significant part of experience. (Empirisme: (1) Sebuah dalil tentang sumber pengetahuan: dimana sumber pengetahuan adalah pengalaman; tidak ada pengetahuan yang eksistensial kecuali hal-hal mungkin dialami secara bebas. (2) Sebuah dalil tentang sekitar asal mula ide-ide, konsep-konsep atau hal-hal universal: dimana hal-hal acuan yang eksis adalah sesuatu diperoleh semata-mata atau terutama didapatkan dari pengalaman atau beberapa bagian penting dari pengalaman.

5. Subjektibisme

· Subjectivism: the restriction of knowledge to the knowing subject and its sensory. Affective and volitional states and to such external realities as may be inferred from the mind’s subjection states. (Subjectivism: aliran yang membatasi pengetahuan pada hal-hal (objek) yang dapat diketahui dan dirasa. Kecendrungan dan kedudukan kemauan pada realitas eksternal sebagai sesuatu yang bisa ditinjau dari pemikiran yang subjektif).
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...