Charles R. Darwin

Charles R. Darwin (1809-1882) adalah seorang ahli pengetahuan alam (naturalis) berkebangsaan Inggris. Teorinya tentang evolusi organic melewati seleksi alamiah telah menyebabkan perubahan besar dalam sains biologi, filsafat dan pemikiran keagamaan. Ia mendapat pendidikan di Universitas Edinburgh dan Universitas Cambridge. Kemudian ia mengabungkan diri dengan ekspedisi Inggris di kapal H.M.S. Beagle untuk melakukan penyelidikan selama lima tahun (1831-1836) tentang tumbuh-tumbuhan binatang, fosil dan bentukan-bentukan geologi di tempat-tempat yang terpencil jauh, kebanyakan di pantai Amerika Selatan dan pulau-pulau di samudera Pasifik.

Karya-karya Darwin, Origin og Species (1859) dan Descent of Man (1871) memberikan bukti dengan fakta kepada anggapan bahwa species-species itu mempunyai hubungan satu dengan lainnya dalam garis ke atas; dan bahwa manusia itu berasal dari kelompok binatang yang sama seperti chimpanse dan lain-lain jenis yang berlangsung selama beberapa puluh tahun.

Thomas Hobbes

Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan sebelum waktunya ketika ibunya tercekam rasa takut oleh ancaman penyerbuan armada Spayol ke Inggris. Ia belajar di Universitas Oxford, kemudian menjadi pengajar pada suatu keluarga terpandang. Hubungan dengan keluarga tersebut memberi kesempatan kepadanya untuk membaca buku-buku, bepergian ke negeri asing dan berjumpa dengan tokoh-tokoh penting. Simpatinya kepada sistim kerajaan pada waktu Inggris dilanda perang saudara, mendorngnya untuk lari ke Perancis. Di sanalah ia mengenal filsafat Descartes dan pemikir-pemikir Perancis lainnya. Karena sangat terkesan dengan ketepatan sains, ia berusaha menciptakan filsafat atas dasar matematika.

Hobbes menolak tradisi skolastik dalam filsafat dan berusaha menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada pikirannya tentang manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk menerima materialism,mekanisme dan determinisme. Karya utamanya dalam filsafat, Leviathan (1651), mengekspresikan pandangannya tentang hubungan antara alam, manusia dan masyarakat. Hobbes melukiskan manusia-manusia ketika mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan “state of nature” (keadaan alamiah), yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya suatu Negara atau masyarakat beradab. Kehidupan dalam keadaan alamiah adalah buas dan singkat, karena merupakan keadaan perjuangan dan peperangan yang terus-menerus. Oleh karena manusia menginginkan kelangsungan hidup dan perdamaian, ia mengalihkan kemauannya kepada kemauan Negara dalam suatu kontrak social yang membenarkan kekuasaan tertinggi yang mutlak.

Agama, Falsafah Dan Ilmu

Dalam Tahshîl al-sa'âfidah AI-Fârâbi dengan jelas menyatakan pandangannya tentang sifat agama dan filsafat serta hubungan antara keduanya:

Ketika seseorang memperoleh pengetahuan tentang wujud atau memetik pelajaran darinya, jika dia memahami sendiri gagasan-gagasan tentang wujud itu dengan inteleknya, dan pembenarannya atas gagasan tersebut dilakukan dengan bantuan demonstrasi tertentu, maka ilmu yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan ini disebut filsafat .Tetapi jika gagasan-gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini agama. Jika pengetahuan-pegetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode persuasif digunakan, maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer, yang diterima secara umum, dan bersifat eksternal.

Pengantar Falsafah

Falsafah
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Melayu merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majmuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Socrates

Socrates (469-399 SM) seorang filosof Yunani dari Athena. Ia tersohor dengan pendapatnya tentang filsafat sebagai suatu usaha pencarian yang perlu bagi tiap intelektual. Ia merupakan contoh seorang yang menghayati prinsip-prinsipnya, walaupun akhirnya prinsip itu berakibat fatal bagi nyawanya.

Socrates adalah anak Sophronicus, seorang ahli pahat; dalam usia pertengahan ia kawin dengan Xanthippe, yang dikatakan suka mengomel dan mencaki-maki, walaupun tak ada dasar kuat untuk sangkaan tersebut. Socrates termasyur dengan kekuatan intelektualnya sebelum berusia 40 tahun. Pada waktu itu, menurut buku Plato yang berjudul Apology (meriwayatkan tentang pidato pembelaan Socrates), Dewa di Delphi (Oracle at Delphi) mengatakan bahwa Socrates adalah orang yang paling bijaksana di Yunani.

Ia menjadi yakin bahwa tugasnya adalah untuk mencari kebijaksanaan tentang perilaku yang benar yang dapat dipakai untuk mengarahkan perkembangan moral dan intelektual bagi warga Athena. Dengan melupakan urusan-urusan pribadinya, ia selalu sibuk dengan pembicaraan mengenai kebajikan, keadilan, dan ketaqwaan di tempat-tempat pertemuan penduduk Athena.

Pada tahun 399 SM Socrates diadili dengan tuduhan merusak kaum remaja dan meyiarkan ajaran agama yang salah. Peradilan serta kematian Socrates dibentangkan dalam buku-buku Plato yang berjudul Apology; Crito dan Phaedo. Buku-buku ini ditulis dengan cara yang dramatis

Aristoteles

Aristoteles (384-322 SM) adalah seorang ahli falsafah, saintis dan ahli pendidikan. Ia secara luas dianggap sebagai satu dari ahli-ahli fikir yang sangat berpengaruh dalam kebudayaan Barat. Ia dilahirkan di Stagira, di bagian utara dari Yunani. Pada umur 18 tahun ia masuk ke Akademi Plato dan menetap di situ selama hampir 20 tahun, yakni sampai Plato meninggal. Ia sering melakukan perjalanan, dan pernah selama empat tahun menjadi guru Prince Alexander yang kemudian terkenal dengan nama Raja Alexander yang Agung (“The Great”).

Sekitar tahun 334 SM, Aristotles kembali ke Athena dan mendirikan perguruannya sendiri, yang dinamakan Lyceum. Ia meringkaskan dan mengembangkan pengetahuan pada masanya, serta memperkayanya dengan penyelidikan-penyelidikannya sendiri serta pemikiran yang kritis. Aristoteles menaruh perhatian kepada ilmu kedoktoran dan ilmu haiwan serta ilmu-ilmu lainnya; ia juga mendirikan laboratorium-laboratorium dan musium-musium. Muridnya, Raja Alexander, pernah menyediakan tenaga sebanyak 1000 orang di Yunani dan Asia untuk membantu Aristotles mengumpulkan dan melaporkan perincian-perincian tentang kehidupan dan kebiasaan binatang-binantang. Ia juga mengumpulkan konstitusi-konstitusi dan dokumen-dokumen mengenai struktur kehidupan berpolitik di beberapa negara.

Tulisan-tulisannya menunjukkan perhatian dalam segala ilmu pengetahuan, termasuk sains (alam), masyarakat dan negara, sastera dan keseniaa serta kehidupan manusia. Karangannya tentang logik (organon) mengembangkan logik deduktif dan syllogistic. Etikanya (Nichomachean Ethic) merupakan karangan sistematik pertama yang pernah ditulis dalam bidang etika dan sampai sekarang masih dibaca umum.

Aliran-Aliran Epistemologi

1. Skeptisisme

· Skeptisisme adalah aliran yang secara radikal dan fundamental tidak mengakui adanya kepastian dan kebenaran pengetahuan atau sekurang-kurangnya menyangsikan secara fundamental kemampuan pikiran manusia untuk mendapat kepastian dan kebenaran.

· Skeptisisme berasal dari bahasa Yunani, skeptomai: memperhatikan dengan cermat, teliti.

· Skeptisisme adalah aliran atau sistem pemikiran yang mengajarkan sikap ragu sebagai sikap dasar yang fundamental dan universal.

· Tokoh-Tokohnya: Democritus, Protagoras, Phyrro, Montaigne, Charron, Bayle, Nietze, Spengler, Goblot.

2. Relativisme

· Relativisme adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa kebenaran itu ada, akan tetapi kebenaran itu tidak mempunyai sifat mutlak.

· Istilah relativisme diangkat dari kata relatif, berasal dari kata latin reffere: membawa, mengacu, menghubungkan . dari situ timbullah kata relatio yang artinya relasi: hubungan, ikatan. Relativisme: adanya ikatan, adanya keterbatasa, nisbi.

3. Fenomenalisme

· Phenomenalism: theory that knowledge is limited to phenomena including: (a) physical phenomena or totally of objects of actual and possible perception; and (b) mental phenomena, the totally of objects of introspection. ( Fenomenalisme: teori yang memandang pengetahuan terbatas pada gejala (fenomena) yang mencakup: (a) fenomena fisik atau seluruh object yang nyata dan dapat dipersepsi; dan (b) fenomena mental, yakni seluruh object yang dapat diintrospeksi).

· Tokohnya: Kant, Comte, Spencer).

4. Empirisisme

· Empiricism: (1) a proposition about sources of knowledge: that the sole source of knowledge is experience; or that no knowledge at all or no knowledge with existential reference is possible independently of experience. (2) A proposition about origin of ideas, concepts, or universals: that they or at least those of theme having existential reference are derived solely or primarily from experience or some significant part of experience. (Empirisme: (1) Sebuah dalil tentang sumber pengetahuan: dimana sumber pengetahuan adalah pengalaman; tidak ada pengetahuan yang eksistensial kecuali hal-hal mungkin dialami secara bebas. (2) Sebuah dalil tentang sekitar asal mula ide-ide, konsep-konsep atau hal-hal universal: dimana hal-hal acuan yang eksis adalah sesuatu diperoleh semata-mata atau terutama didapatkan dari pengalaman atau beberapa bagian penting dari pengalaman.

5. Subjektibisme

· Subjectivism: the restriction of knowledge to the knowing subject and its sensory. Affective and volitional states and to such external realities as may be inferred from the mind’s subjection states. (Subjectivism: aliran yang membatasi pengetahuan pada hal-hal (objek) yang dapat diketahui dan dirasa. Kecendrungan dan kedudukan kemauan pada realitas eksternal sebagai sesuatu yang bisa ditinjau dari pemikiran yang subjektif).

Teologi

Teologi merupakan salah satu bidang serta cabang ilmu falsafah yang mendapat tempat yang hangat di kalangan ahli falsafah. Hal ini kerana, sejarah falsafah itu sendiri berasal dari Yunani dan Rome, di mana ahli falsafah mereka gemar untuk berbicara mengenai Tuhan. Dalam pemikiran ahli falsafah Yunani ini, apa yang mereka cari hanya kebenaran berdasarkan kepada akal semata-mata. Oleh itu, dalam konsep Tuhan juga, mereka akan menggunakan akal untuk mencapai kefahaman mengenai tuhan.

Konsep pemikiran mengenai Tuhan dalam falsafah Yunani ini, ada terdapat beberapa percanggahan dalam Islam. Ini kerana, Islam telah meletakkan konsep Tuhan itu dengan jelas dalam Al-Quran dan al-Hadith. Ahli falsafah Yunani, beranggapan bahawa, dengan akal yang sihat, manusia mampu untuk memahami dan mencapai kebenaran.

Oleh itu, dalam perbahasan mengenai konsep ketuhanan ini, Islam meletakkan beberapa asas yang utama. Seperti fikirlah mengenai makhluk Tuhan dan jangan berfikir mengenai Dhat Tuhan. Ini memberikan satu dasar dan saranan kepada manusia untuk memikirkan apa sahaja kecuali Dhat Tuhan yang Agung. Akal manusia tidak mampu untuk memahai Dhat Tuhan. Masakan boleh makhluk yang lemah untuk mengatasi sesuatu yang Maha Kuat dan Maha Agung.

Metafizik

Metafizik merupakan salah satu bidang yang tertua dalam bahgian falsafah ini. Boleh di katakan, bidang ini mempunyai umur yang sama dengan falsafah. Ia adalah bidang utama yang membicarakan falsafah. Metafizik menjelaskan sesuatu yang di sebalik fizikal. Merujuk kepada perkataan metafizik itu sendiri, ia mengandungi dua suku kata yang utama iaitu meta dan juga fizik. Meta merupakan perkataaan Yunani yang membawa maksud di sebalik dan fizik pula adalah alam zahir. Oleh itu, metafizik boleh di tafsirkan sebagai satu ilmu yang membicarakan mengenai perkara-perkara yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar.

Oleh itu, terdapat persolan yang bermain di fikiran manusia, adakah setiap perkara yang berlaku ini memberikan gambaran yang sebenar tentang sesuatu itu? Adakah sesuatu yang di sebalik fizikal itu merupakan satu alam lain yang benar-benar wujud? Persoalan-persoalan seperti ini selalu bermain di fikiran seorang failasuf.

Mereka ingin mencari kebenaran hanya dengan berpandukan kepada akal minda mereka. Mereka berpendapat bahawa dengan akal yang sihat serta waras, kebenaran itu dapat di capai.

Di antara failasuf yang membicarakan bahagian ini adalah Plato dan juga Aristotles. Ada pendapat yang menyatakan bahawa sesuatu yang di sebalik fizikal itu adalah alam pemikiran manusia itu sendiri. Ini kerana alam pemikiran itu tidak dapat di lihat oleh mata kasar manusia dan hanya boleh di rasa kehadirannya.

Cabang Ilmu Falsafah

Belajar falsafah merupakan satu ilmu yang mempelajari mengenai sebuah proses memahami aktiviti-aktivi berfikir manusia, dan falsafah itu sendiri adalah aktiviti berfikir itu. Dengan kata lain, falsafah mendorong manusia untuk berfikir dengan lebih kritis dan kritik. Setiap perbuatan serta perlakuan manusia itu menggambarkan apa yang di fikirkan oleh seseorang dalam akalnya, di mana apa yang di lakukannya adalah apa yang di fikirkan. Oleh itu, seseorang yang berakhlak dan berdisiplin itu bolehlah dikatakan sebagai seorang yang mempunyai fikiran yang tersusun dan teratur serta akal yang sihat. Ini kerana, akhlak yang di cerminkannya menggambarkan keadaan akal fikirannya.

Ramai manusia tidak menggemari falsafah kerana ia di katakan satu ilmu yang susah dan merumitkan. Sebenarnya, falsafah itu sudah ada pada diri mansuia ti sendiri. Setiap dari manusia itu mempunyai falsafahnya sendiri. Falsafah yang di maksudkan disini adalah corak serta aktiviti berfikir. Seseorang manusia akan berfikir apa yang hendak di lakukannya sepanjang seharian dia bekerja. Ini bertujuan agar segala kerja dan tanggungjawab yang di pikulnya berjalan lancar.

Cabang ilmu falsafah secara dasarnya mempunyai tiga cabang utama iaitu Kosmologi, Antropologi dan Teologi. Secara umumnya kosmologi adalah satu bidang ilmu falsafah yang mempelajari mengenai pengetahuan ahli falsafah (failasuf) mengenai peraturan-peraturan alam ini.

Manakala bidang antropolgi pula adalah satu ilmu yang membicarakan mengenai manusia. Perkara yang di bincangkan adalah mengenai hakikat manusia itu sendiri bukannya tubuh badan manusia seperti dalam bidang perubatan. Soal manusia ini sentiasa menjadi pertanyaan dalam sejarah falsafah. Ini kerana, falsafah itu melibatkan mengenai aktiviti akal fikiran manusia secara langsung yang mana akal itu hanya di miliki oleh manusia sahaja. Pertanyaan mengenai hakikat ini jugalah yang cuba di huraikan oleh akal manusia untuk mencari kebenarnnya.

Bidang teologi pula merupakan sebuah bidang yang membincangkan mengenai pemikiran failasuf mengenai ketuhanan. Dengan kata mudahnya, teologi ini adalah bidang yang cuba membahas mengenai hal-hal yang berkait dengan Tuhan. Failasuf cuba memahami sifat-sifat Tuhan dengan menggunakan pelbagai cara dalam usaha mereka memahami mengenai Tuhan.

Oleh yang demikian, secara ringkasnya, cabang ilmu falsafah itu ada tiga yang utama seperti yang dihuraikan diatas. Tidak dinafikan bahawa, cabang ilmu falsafah ada banyak antaranya etika, politik, ekonomi dll. Maka dengan itu, pelajaran falsafah ini akan dapat membantu manusia untuk berfikir dengan lebih terstur dan sistematik dalam usaha untuk mencari kebenaran dan ilmu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...